Rasanya cepet banget anak 'tau-tau' udah 4 tahun. Padahal ngasuhnya berasa juga sih, hehe. Tahun 2022 ini di usianya yang kami liat mulai bisa memahami hal-hal yang lebih kompleks, akhirnya datang juga saat-saat mengenalkan puasa Ramadan ke Yasir. Sekitar sebulan sebelum masuk bulan Ramadan, kami diskusi seperti apa bentuk pendekatan ke Yasir soal berpuasa, sahur, sholat terawih, dan serba-sebi Ramadan lainnya. Tanpa banyak mencari referensi dari keluarga Indonesia lainnya yang juga masih berdomisili di Jepang, kami sebetulnya banyak mengandalkan memori saat kecil. Katanya dulu Abinya Yasir udah bisa puasa sampai maghrib di usia 5 tahun. Kalau Umminya lupa-lupa inget, kayaknya masuk SD baru serius puasa full. Dengan bekal memori tadi, kami memutuskan untuk membiasakan Yasir dengan rutinitas Ramadan di usia 4 tahun.
Kami list apa aja yang bisa dilakukan untuk 'dicobakan' ke Yasir. Misalnya, bangun sebelum subuh, ikut sahur, puasa sampai
sejauh apa, atau ga muluk-muluk coba fokus ke kegiatan harian aja yang ditambahkan banyak nilai keislaman dari hari biasanya? Sebelum memutuskan poin kegiatan apa yang akan di prioritaskan ke Yasir selama Ramadan, kami coba ikut WAG tentang pengenalan Ramadan ke anak-anak. Selain itu ikut kajian online juga tentang nilai apa yang harus ditanamkan pada anak saat Ramadan, dan mengikutkan Yasir ke kajian anak-anak tentang Ramadan. Alhamdulillah sangat membantu kami memutuskan langkah apa yang mau diambil dan prioritas apa yang harus diutamakan ke anak balita ini.
Kebetulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan musim semi di Jepang. Suhu dan cuaca hariannya menurut kami sangat ideal buat Yasir mencoba berpuasa. Ga kebayang kalau proses pengenalan ini terjadi di musim dingin atau musim panas. Bisa-bisa Umminya sih yang nyerah di tengah jalan.. huhuu. Qadarullah tahun ini menjadi Ramadan yang spesial juga karena Umminya Yasir masih sering ngalamin morning sickness dan nano-nano nya kondisi kehamilan muda ini. Nyemangati Yasir butuh effort besar karena disaat yang sama juga menyemangati diri sendiri hehe.
"Nak.. bentar lagi Ramadan loh. Nanti kita sahur dan puasa sampai maghrib. Pahala nya nanti dapat banyaaaaak bangeet dari Allah, karena Allah senang kalau kita puasa."
"Puasa itu ga makan dan minum dari subuh sampai maghrib.."
Iya.. kami belum mengenalkan diawal tentang berpuasa yang juga harus menjaga hawa nafsu dari amarah dll. Baru sekedar tidak makan dan minum. Nanti realisasinya saat ngejalanin puasa, pas Yasir marah-marah karena sesuatu, baru kami sampaikan kalau sayang sekali berpuasa tapi marah-marah nanti pahalanya bisa berkurang loh. Ternyata cukup manjur pas dibilang begitu 😅😅
Setelah disounding ini itu, kami liat Yasir belum ada kemauan untuk mau ikut bangun sahur sebelum subuh. Balita ini yang suka tidur mendekati tengah malam, kebayang aja sih susahnya bangun setelah terlelap 3-4 jam. Jadi, ketika sahur supaya Yasir semacam 'dibiasakan lewat alam sadarnya' aja, kami selalu nyalain lampu kamarnya meski Yasir ga tergerak bangun. Selain itu nampaknya Yasir tau konsep puasa yang mesti sahur-ga makan minum-buka puasa aja, maka itu kami coba ajak Yasir puasa dengan jam puasanya sendiri. Jadi nanti saat bangun pagi, entah itu jam 7 atau 8 kami ajak Yasir sahur (maksudnya sih yaa itu sarapannya). Yang biasanya ada snack time diantara sarapan dan makan siang, kali ini kami satuin waktunya diawal. Jadi selain makan nasi, ditawarin juga apa mau makan snack? pokoknya semua dipuasin diawal sampai Yasir udah gamau makan minum apa-apa lagi baru kami bilang, "habis ini kita puasa yaa.. sampai jam 12 nanti baru kita buka puasa. Okee?"
Pastinya di awal-awal belajar puasa ga semudah itu. Perlu beberapa persiapan sebelum Yasir mulai puasa. Diantaranya selain pemahaman dasar soal puasa, pertama pastiin makanan dan minuman yang menarik selama jam puasanya tidak nampak di meja atau tidak mudah dijangkau Yasir. Apalagi anak 4 tahun mah udah bisa nyari makan sendiri kalau laper. Nah kita minimalisir kemungkinannya anak menemukan 'harta karun' selama jam puasanya. Kedua, kami siapin opsi kegiatan yang bisa dimainkan saat Yasir mulai minta makanan.. intinya untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa lapar hausnya. Bisa dengan workbook mewarnai dll, atau ajak Yasir menyiapkan takjil misalnya membuat puding/kue. Ketiga, pentingnya pemahaman bahwa Yasir baru memulai pertama kali puasa nya, jadi ketika kondisinya sudah tidak mungkin untuk ditahan dari berbuka puasa, kami berusaha dengan calm memuji pencapaian puasanya kemudian membolehkan Yasir buka. Akan sangat disayangkan kalau Yasir akhirnya membenci puasa karena kami yang terlalu memaksa. Jadi, harus tau situasinya :) (it happened in several days anyway 😂)
Selanjutnya kami tulis catatan puasa Yasir hampir setiap harinya selama Ramadan. Mulai sahur (sarapan) jam berapa, buka siang hari jam berapa dan apa bisa lanjut puasa lagi sampai maghrib? Kalau Yasir bisa menyelesaikan harinya dengan buka puasa di jam 12, dan buka puasa keduanya di waktu Maghrib maka akan dicentang hijau dan akan dicentang abu-abu jika hanya mampu berpuasa sampai siang dan buka puasa kedua sebelum Maghrib. Meskipun memang waktu Maghrib bergerak semakin malam hari ke hari, kami beri centang hijau hanya jika Yasir menutup puasanya sampai jam Maghrib saja. Ada pula tanda silang kalau tidak tercapai sama sekali.
Bisa diliat dalam beberapa hari diawal Ramadan Yasir dapat centang hijau. Di pertengahan Ramadan mulai bercampur dengan centang abu dan di sebagian akhir Ramadan hanya beberapa saja yang centang hijau. Gapapa, yang utama kami harap Yasir mulai mengenal ritme berpuasanya di Jepang dengan suhu yang terkadang drop dan diakhir mendekati waktu musim panas. Ditambah pula karena euforia Ramadan yang hanya bisa dirasakan dirumah aja, pastinya motivasi untuk bisa semangat puasa ga selalu stabil.
Bagaimana dengan reward puasanya?
Rasanya cepet banget anak 'tau-tau' udah 4 tahun. Padahal ngasuhnya berasa juga sih, hehe. Tahun 2022 ini di usianya yang kami liat mulai bisa memahami hal-hal yang lebih kompleks, akhirnya datang juga saat-saat mengenalkan puasa Ramadan ke Yasir. Sekitar sebulan sebelum masuk bulan Ramadan, kami diskusi seperti apa bentuk pendekatan ke Yasir soal berpuasa, sahur, sholat terawih, dan serba-sebi Ramadan lainnya. Tanpa banyak mencari referensi dari keluarga Indonesia lainnya yang juga masih berdomisili di Jepang, kami sebetulnya banyak mengandalkan memori saat kecil. Katanya dulu Abinya Yasir udah bisa puasa sampai maghrib di usia 5 tahun. Kalau Umminya lupa-lupa inget, kayaknya masuk SD baru serius puasa full. Dengan bekal memori tadi, kami memutuskan untuk membiasakan Yasir dengan rutinitas Ramadan di usia 4 tahun.
Kami list apa aja yang bisa dilakukan untuk 'dicobakan' ke Yasir. Misalnya, bangun sebelum subuh, ikut sahur, puasa sampai
sejauh apa, atau ga muluk-muluk coba fokus ke kegiatan harian aja yang ditambahkan banyak nilai keislaman dari hari biasanya? Sebelum memutuskan poin kegiatan apa yang akan di prioritaskan ke Yasir selama Ramadan, kami coba ikut WAG tentang pengenalan Ramadan ke anak-anak. Selain itu ikut kajian online juga tentang nilai apa yang harus ditanamkan pada anak saat Ramadan, dan mengikutkan Yasir ke kajian anak-anak tentang Ramadan. Alhamdulillah sangat membantu kami memutuskan langkah apa yang mau diambil dan prioritas apa yang harus diutamakan ke anak balita ini.
Kebetulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan musim semi di Jepang. Suhu dan cuaca hariannya menurut kami sangat ideal buat Yasir mencoba berpuasa. Ga kebayang kalau proses pengenalan ini terjadi di musim dingin atau musim panas. Bisa-bisa Umminya sih yang nyerah di tengah jalan.. huhuu. Qadarullah tahun ini menjadi Ramadan yang spesial juga karena Umminya Yasir masih sering ngalamin morning sickness dan nano-nano nya kondisi kehamilan muda ini. Nyemangati Yasir butuh effort besar karena disaat yang sama juga menyemangati diri sendiri hehe.
"Nak.. bentar lagi Ramadan loh. Nanti kita sahur dan puasa sampai maghrib. Pahala nya nanti dapat banyaaaaak bangeet dari Allah, karena Allah senang kalau kita puasa."
"Puasa itu ga makan dan minum dari subuh sampai maghrib.."
Iya.. kami belum mengenalkan diawal tentang berpuasa yang juga harus menjaga hawa nafsu dari amarah dll. Baru sekedar tidak makan dan minum. Nanti realisasinya saat ngejalanin puasa, pas Yasir marah-marah karena sesuatu, baru kami sampaikan kalau sayang sekali berpuasa tapi marah-marah nanti pahalanya bisa berkurang loh. Ternyata cukup manjur pas dibilang begitu 😅😅
Setelah disounding ini itu, kami liat Yasir belum ada kemauan untuk mau ikut bangun sahur sebelum subuh. Balita ini yang suka tidur mendekati tengah malam, kebayang aja sih susahnya bangun setelah terlelap 3-4 jam. Jadi, ketika sahur supaya Yasir semacam 'dibiasakan lewat alam sadarnya' aja, kami selalu nyalain lampu kamarnya meski Yasir ga tergerak bangun. Selain itu nampaknya Yasir tau konsep puasa yang mesti sahur-ga makan minum-buka puasa aja, maka itu kami coba ajak Yasir puasa dengan jam puasanya sendiri. Jadi nanti saat bangun pagi, entah itu jam 7 atau 8 kami ajak Yasir sahur (maksudnya sih yaa itu sarapannya). Yang biasanya ada snack time diantara sarapan dan makan siang, kali ini kami satuin waktunya diawal. Jadi selain makan nasi, ditawarin juga apa mau makan snack? pokoknya semua dipuasin diawal sampai Yasir udah gamau makan minum apa-apa lagi baru kami bilang, "habis ini kita puasa yaa.. sampai jam 12 nanti baru kita buka puasa. Okee?"
Pastinya di awal-awal belajar puasa ga semudah itu. Perlu beberapa persiapan sebelum Yasir mulai puasa. Diantaranya selain pemahaman dasar soal puasa, pertama pastiin makanan dan minuman yang menarik selama jam puasanya tidak nampak di meja atau tidak mudah dijangkau Yasir. Apalagi anak 4 tahun mah udah bisa nyari makan sendiri kalau laper. Nah kita minimalisir kemungkinannya anak menemukan 'harta karun' selama jam puasanya. Kedua, kami siapin opsi kegiatan yang bisa dimainkan saat Yasir mulai minta makanan.. intinya untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa lapar hausnya. Bisa dengan workbook mewarnai dll, atau ajak Yasir menyiapkan takjil misalnya membuat puding/kue. Ketiga, pentingnya pemahaman bahwa Yasir baru memulai pertama kali puasa nya, jadi ketika kondisinya sudah tidak mungkin untuk ditahan dari berbuka puasa, kami berusaha dengan calm memuji pencapaian puasanya kemudian membolehkan Yasir buka. Akan sangat disayangkan kalau Yasir akhirnya membenci puasa karena kami yang terlalu memaksa. Jadi, harus tau situasinya :) (it happened in several days anyway 😂)
Selanjutnya kami tulis catatan puasa Yasir hampir setiap harinya selama Ramadan. Mulai sahur (sarapan) jam berapa, buka siang hari jam berapa dan apa bisa lanjut puasa lagi sampai maghrib? Kalau Yasir bisa menyelesaikan harinya dengan buka puasa di jam 12, dan buka puasa keduanya di waktu Maghrib maka akan dicentang hijau dan akan dicentang abu-abu jika hanya mampu berpuasa sampai siang dan buka puasa kedua sebelum Maghrib. Meskipun memang waktu Maghrib bergerak semakin malam hari ke hari, kami beri centang hijau hanya jika Yasir menutup puasanya sampai jam Maghrib saja. Ada pula tanda silang kalau tidak tercapai sama sekali.
Bisa diliat dalam beberapa hari diawal Ramadan Yasir dapat centang hijau. Di pertengahan Ramadan mulai bercampur dengan centang abu dan di sebagian akhir Ramadan hanya beberapa saja yang centang hijau. Gapapa, yang utama kami harap Yasir mulai mengenal ritme berpuasanya di Jepang dengan suhu yang terkadang drop dan diakhir mendekati waktu musim panas. Ditambah pula karena euforia Ramadan yang hanya bisa dirasakan dirumah aja, pastinya motivasi untuk bisa semangat puasa ga selalu stabil.
Bagaimana dengan reward puasanya?